Cianjur— Wabah chikungunya kembali merebak di wilayah Cianjur, Jawa Barat. Dinas Kesehatan Cianjur melaporkan bahwa sejak awal April 2025, sebanyak 43 warga di Desa Sukasari, Kecamatan Karangtengah, terkonfirmasi positif terjangkit virus chikungunya.
Penyakit ini disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang banyak berkembang biak di lingkungan dengan genangan air.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, dr. Syarif Hidayat, mengungkapkan bahwa lonjakan kasus ini diduga akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
“Wabah ini kami temukan sejak 2 April 2025, dan rata-rata pasien mengalami demam tinggi disertai nyeri sendi yang parah,” kata dr. Syarif saat ditemui di Puskesmas Karangtengah, Rabu (9/4/2025).
Pemerintah daerah bersama aparat desa dan Puskesmas setempat telah melakukan tindakan cepat berupa fogging massal di beberapa titik rawan sejak Kamis (10/4/2025).
Selain itu, Dinkes juga membagikan bubuk abate secara gratis kepada warga dan mengimbau untuk rutin membersihkan penampungan air. “Fogging bukan solusi utama, yang paling penting adalah PSN — pemberantasan sarang nyamuk,” tambah dr. Syarif.
Salah seorang warga yang menjadi pasien, Hendra (35), mengaku merasakan gejala tidak biasa sebelum didiagnosis chikungunya.
“Awalnya cuma pegal-pegal, tapi tiga hari kemudian badan demam tinggi, dan sendi kaki sakit banget. Setelah cek di Puskesmas, baru tahu kena chikungunya,” ujarnya saat diwawancarai di Desa Sukasari, Jumat (11/4/2025).
Wabah chikungunya ini langsung viral di media sosial, terutama di grup Facebook komunitas warga Cianjur.
Banyak netizen mengunggah foto-foto lingkungan sekitar yang diduga menjadi sarang nyamuk dan menuntut pemerintah desa untuk lebih aktif mengadakan gotong royong membersihkan saluran air. Kesadaran masyarakat diharapkan meningkat agar kasus ini tidak semakin meluas.
Leave a Reply