SOLOK – Kabupaten Solok, Sumatera Barat, bukan hanya menjadi tulang punggung pasokan bawang merah nasional saat sentra utama di Pantura Jawa dilanda banjir. Lebih dari itu, Solok juga memperlihatkan bagaimana pertanian dapat menjadi bagian integral dari ekosistem kesehatan masyarakat—baik melalui kualitas produk yang dihasilkan maupun metode bertani yang semakin aman dan ramah lingkungan.
Produksi bawang merah Solok yang menembus 216.148 ton pada 2023 menjadikannya produsen terbesar kedua nasional.
“Bawang merah lokal kami dikenal memiliki aroma kuat, warna mencolok, dan daya simpan tinggi. Ini penting karena kandungan allicin dalam bawang merah sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh, antibakteri alami, dan kesehatan jantung,” ujar Haji Mangguang, petani dan pedagang senior di Solok.
Di saat masyarakat semakin sadar akan pentingnya konsumsi pangan alami untuk menjaga imun tubuh, bawang merah—terutama varietas unggulan Solok seperti SS Sakato dan Singkil—menjadi komoditas strategis. Tidak heran jika permintaan dari wilayah Sumatera dan kini juga dari Pulau Jawa terus meningkat.
Tak hanya dari sisi hasil, metode bertani di Solok juga mulai bertransformasi menuju arah yang lebih sehat dan efisien. Kelompok Tani Kumbang Jantan Rimbo Tinggi di Alahan Panjang, misalnya, sudah memanfaatkan drone untuk penyemprotan dan pemupukan.
“Dengan drone, penggunaan pupuk dan pestisida bisa ditekan hingga 30 persen. Ini mengurangi residu bahan kimia pada tanaman sekaligus melindungi kesehatan petani dari paparan langsung,” terang Nofrins Napilus, pegiat pertanian yang mendampingi uji coba teknologi tersebut.
Menurut Nofrins, penggunaan alat semprot manual seringkali dilakukan tanpa APD yang memadai. “Banyak yang menyemprot tanpa masker, bahkan sambil merokok. Drone membantu menghindari hal-hal berisiko itu,” ungkapnya. Maka tak heran jika inisiatif ini bukan hanya berdampak pada hasil panen, tetapi juga pada kualitas hidup petani.
Transformasi ini mencerminkan arah pertanian masa depan yang tak hanya berorientasi pada volume produksi, tapi juga pada keberlanjutan dan kesehatan. Pertanian modern di Solok membuktikan bahwa lumbung pangan tidak harus identik dengan eksploitasi lahan dan tenaga kerja, tapi bisa menjadi sumber gizi sekaligus ruang aman untuk para petaninya.
Dengan seluruh potensinya—dari produktivitas, inovasi teknologi, hingga manfaat kesehatan—Solok tak hanya layak disebut “Brebes-nya Sumatera”, tetapi juga kandidat kuat sebagai pusat pertanian sehat dan berkelanjutan di Indonesia.
Leave a Reply